Senin, 09 Mei 2011

THIS IS NOT THE END OF ALL (chap. 2)

postingan baru untuk luka yang baru. ya, dejavu kedua. Untuk lebih jelasnya, mari kita flashback kejadian sebelumnya.

Hari itu aku akan mengikuti tes sma kedua, yaitu di SMA PLUS PROVINSI RIAU. Dari rumahku menuju kesana kira2 menempuh waktu sekitar 30 menit. Aku duduk di kursi mobil, terdiam.

"Gimana sa, udah siap? kartu ujiannya gak lupa kan?" tanya ayahku

"Iya pa, insyaallah, udah ada kok" jawabku datar.

Akhirnya kami pun tiba di SMA plus. Aku turun dari mobil. Setelah salam dengan ayahku, akupun turun dari mobil. Temanku, Farrahya, yang juga ikut tes ini sudah menungguku di gerbang. Akupun menyapanya.

"Yooo!" sapaku ke Farrahya (gaje -___-)

"Lama kali kau datang!" jawabnya padaku. Halah lama apanya, inipun masih banyak waktu.

"hahaha, udahlah, masuk aja yok!"

Kamipun masuk ke dalam sekolah itu. Kami melihat banyak peserta yang lalu lalang melintasi kami. Sejenak nyaliku agak ciut. Lalu, aku hilangkan perasaan itu. Jangan takut, jangan takut! hatiku menjerit jerit mengingatkanku. Haha, okeoke.

Lalu kami berjalan mencari teman teman kami yang lain. Anak laki laki lain, tepatnya. Karena dikelas kami cuman kami berdua anak perempuan yang ikut tes ini. Kami melihat beberapa dari mereka melintas, tapi kami sepakat untuk tak menyapa mereka. Kami memutuskan untuk berjalan jalan mengelilingi gedung sekolah ini sekaligus mencari di mana ruangan kami saat mengikuti tes nanti. Ternyata aku di ruangan 4, sama dengan Farrahya. Oke, masalah ruangan selesai (apa apaan ini? ==)

Setelah lumayan lama berkeliling, pihak sekolah menyuruh semua peserta untuk berbaris di halaman sekolah untuk mendengarkan beberapa pengarahan. Aku mendengar dengan tidak terlalu baik (jiahaha XD). Aku memainkan sepatuku <----- anakanehjanganditiru.

Setelah pengarahan selesai, semua peserta masuk ke ruangan masing2. Aku masuk dan duduk ke kursiku. Kami menunggu pengawas ruangan kami tiba. Sambil menunggu aku mencoret coret meja <---- anaknakaljanganditiru. Beberapa menit kemudian, sang pengawas pun datang. Aku menghentikan aksi burukku lalu memasang tampang semanis mungkin. Lalu si pengawas memberikan lembar jawaban plus soalnya ntuk kami kerjakan. Aku mengerjakannya dengan semangat menggebu gebu yang tak tertandingi.

Aku mengerjakan NOMOR SATU terlebih dahulu (ya iyalah -w-). Kemudian aku pindah ke nomor 2. Kesulitan menyerangku. Akhirnya aku menyerah lalu pindah ke nomor berikutnya. Lalala apakah saya harus membahas satu persatu disini? Haha jadi untuk soal MTK jujur saja soalnya susahnya tak bisa diungkapkan dengan kata2~ (beneran). Soal bahasa. Lumayan bisa deh, terus soal IPA. Lumayan susah. berikutnya IPS. Astajim ini sama aja dengan MTK, serem2 soalnya =A=

Jam mengerjakan tes akademik part pertama selesai. Semua murid keluar dari ruangan untuk istirahat. Oke jam istirahat nothing special. Setelah jam istirahat habis, semuanya masuk untuk mengerjakan tes bahasa inggris. Di tes part kedua ini, bukannya sombong ya, soalnya gampang pisan lalala~ Beda 180 derajat ama tes part pertama tadi. Aku mengerjakannya cuman sebentar. Setelah selesai ngerjain soal aku mencoret meja lagi <--- anaknakaljanganditiru.

Akhirnya tes akademik selesai. Aku keluar ruangan dengan hati berbunga bunga karena tes akademik part 2. Tapi saat ingat part 1, aku langsung down. Jiahahaha aneh.


Itulah kira2 flashbacknya. Sekarang kembali ke kejadian hari ini. Hari ini, tepat 10 Mei, adalah hari pengumuman dari ts akademik yang sudah di flashback tadi. Aku membuka websitenya dengan sedikit deg degan. Ada perasaan pesimis yang sudah keprediksi sejak lama, tapi aku berusaha membuangnya jauh2. Aku kembali optimis. Semoga diterima amin! Kemudian aku membaca daftar nama2 yang lulus SEKILAS. HANYA SEKILAS. Karena namaku memang menurutku mencolok, aku bisa menebak tak ada namaku disitu. Aku melihat lagi dengan agak teliti. Ahahhaha tuh kan, memang gak ada. Dengan berat hati aku menutup website itu. Ya, itulah kunjungan terakhirku ke website sma plus. Aku gak akan pernah mau lagi membuka website itu. Dan faktanya juga tes akademik kemaren adalah kunjungan pertama sekaligus yang terkahirku ke SMA elit berasrama itu.

Aku gak tau perasaanku sebenarnya seperti apa. Aku tak terlalu kecewa. Beneran. Aku udah menduga aja hasilnya begini. Tak ada setetes pun air mata yang keluar dari kedua mataku seperti saat pengumuman tes sma 8. Apa air mataku sudah kering? Aku masih mau menangis lagi, tuhan! Jangan keringkan air mataku!

Ya, aku biasa biasa saja. Tapi aku khawatir pada satu hal, bagaimana reaksi kedua orang tua ku nantinya? Inilah yang paling aku takutkan. Aku tak peduli pada diriku sendiri. Ya kalau memang aku gak diterima disini, memang itu hasilnya kan? Aku sudah bisa menerimanya, tapi bagaimana dengan orang tuaku? Aku tak sanggup lagi melihat muka kecewa mamaku. Aku tak sanggup lagi menerima emosi dan ceramah dari papaku. APAKAH AKU MEMANG DITAKDIRKAN UNTUK BERNASIB SIAL?! Aku hanya ingin yang terbaik untukku, masa depanku, dan juga untuk orang tuaku! Hatiku masih berkecamuk, tapi perasaanku seperti membeku.

Ternyata mamaku sudah tiba di rumah. Ntah seperti bisa membaca pikiranku, to the point mama langsung menanyakan bagaimana hasil tes sma plus itu. Kira2 beginilah dialognya:

Mama: "sa, udah liat pengumuman SMA plus?"
Aku: "udah"
Mama: "gimana hasilnya sa? lulus?"
Aku: "Gak"

Ya seperti sudah mengerti, mama langsung mendekatiku. Mamaku memintaku untuk memperlihatkan daftar peserta yang lolos tes itu. Tanpa banyak omong, aku langsung membukakannya untuk mamaku. Mamaku melihat, sebentar saja, lalu berbalik. Tanpa diduga mamaku ternyata berkata seperti ini.

"Udahlah sa, gak usah terlalu dipikirkan. Gak papa kok. Lagipula kalau risa lulus mama mau risa ngundurkan diri aja".

Aku gak kaget sih menerima jawaban seperti itu. Aku melihat mamaku, tak ada rasa kecewa sedikitpun. Mama biasa saja. Ada sedikit rasa lega dalam hatiku, yang daritadi sudah membayang bayangiku. Kenapa mamaku berkata seperti itu?

Ya, faktanya, fisikku memang tak kuat untuk tinggal di sekolah asrama seperti itu. Sejak kecil fisikku memang lemah. Sedikit kecapekan saja, aku jatuh sakit. Begitulah aku. Makanya mamaku tak setuju aku tinggal di asrama seperti itu. Apalagi baru baru ini sebelum UN aku sempat pingsan karena terlalu capek belajar.

Meskipun reaksi mama seperti itu, aku takut dengan reaksi papaku. Papaku memang berbeda dengan mamaku. Apakah papa bakal menceramahiku lagi, seperti sebelumnya?


Begitulah dejavu keduaku yang sangat meremuk hati. Aku hanya bisa berharap pada yang berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar