Kamis, 17 Maret 2011

THIS IS NOT THE END OF ALL (chap. 1)

Hari ini hari terburuk yang pernah kualami. Waktu serasa berhenti. Tubuhku serasa tak bernyawa. Udara serasa hampa. Aku tak sanggup menerima kenyataan ini. Belum sanggup, mungkin.

Namaku. Tercantum TL, TIDAK LULUS. Oh tuhan, hanya akukah yang bernasib seperti ini?

Aku terpaku selama 5 detik di antara kerumunan itu. Sebagian tertawa gembira, sebagian menangis. Setelah itu, aku berjalan ketempat teman temanku yang sedang menungguku.

"Gimana Flo?"

Aku diam. Kemudian, dengan refleks aku membanting risoles kentang yang ada ditanganku. Aku duduk di sebelah teman temanku, kemudian aku melepaskan semua beban dan tekanan yang tadi kutahan di kerumunan itu. Aku menangis sejadi jadinya. Aku lampiaskan semuanya. Teman temanku yang tampak mengerti. Mereka mengelus punggungku.

"Sabar flo.. mungkin ini memang belum yang terbaik.." kata Tata sambil terus mengelus kepalaku. Aku masih tetap terisak di kaki temanku itu. Aku tak peduli tatapan orang lain yang memang sudah mengerti, karena banyak yang bereaksi sama sepertiku.

"Ga lulus woy..." Aku terisak isak. "GAK ADIL! AKU GAK TERIMA!" aku sedikit memberontak. Aku memang sudah benar benar kesal. Apa artinya belajar kerasku selama ini? Jauh hari sebelum waktu tes penerimaan SMA 8 itu, aku udah belajar! apa lagi yang salah?!

"Ini mungkin bukan yang terbaik untuk kau.. Kau kan bisa nyoba di SMA lain.. SMA PLUS, SMA 1, kau masih bisa coba kan?" Rahmi menasihatiku.

Aku tak menjawab. Aku masih melampiaskan kekesalanku. kekecewaanku. Aku benar2 tak bisa lagi menahannya. Mereka bisa berkata seperti itu. Karena mereka memang belum mengalaminya. Mereka kelas 8, dan aku kelas 9. Yang lain ikut mencoba menenangiku, tapi aku tetap tak bisa tenang. Apalagi setelah tau beberapa temanku lulus tes, meskipun ada yang bernasib sama sepertiku.

Setelah puas meraung, aku pun berjalan gontai menuju kelasku. Linglung. Didalam kelas, suasana nya begitu pilu. Aku mendengar isakan tangis teman temanku, dan ada juga sama2 terdengar sorak gembira beberapa orang yang meskipun masih kalah dengan isakan tangis yang kudengar. Aku pun bergabung dengan teman2 ku yang bernasib sama denganku.

"Kalau tau gini mendingan aku gak usah ikut tes. Padahal kita semua sama sama belajar disini. Semuanya sama sama. Kenapa aku gak diterima?!" Dita, temanku, menangis terisak. Aku memandangnya. Air mataku yang tadi sudah berhenti kembali mengalir.

"Udah woy, semuanya belom berakhir. Kalian bisa nyoba di SMA lain kan? Masih ada SMA 1. Flo ikut tes SMA PLUS kan? manatau diterima" Mikael, ketua kelas, menenangi kami.

Aku hanya tersenyum mendengarnya. "Ya, betul" ucapku perlahan sambil mangangguk.

"Aku masih belom bisa nerima semuanya! Aku uda belajar mati matian tiap malam demi tes ini, tapi hasilnya gini?! Nyesal aku.." Farrahya, temanku, berteriak melepas semua kekecewaannya.

Sejenak aku mendengar beberapa temanku yang lulus. Rasa iri menyergap hatiku. Tapi aku percaya. a default is a delayed success. Ya, aku percaya. Yang terbaik menurutku mungkin bukan yang terbaik bagi Allah, dan juga bagi masa depanku nanti. Tapi tentu saja kekecewaanku lebih besar daripada kepercayaan ini.

Aku kembali merenungi beberapa perkataan. Ini bukan akhir dari segalanya. Masih ada plihan lain. Kegagalan ini bukan suatu kehancuran. Yang terbaik bagi kita belom tentu yang terbaik untuk yang selanjutnya.

Air mataku kembali menetes. Beberapa temanku menanyakan apa aku lulus atau tidak, aku hanya bisa menggeleng sambil tersenyum. Rasanya aku tak sanggup mengatakan kata2 yang sudah membuatku tertekan sangat berat: GAGAL. Di tes yang sangat kuharapkan ini. Aku memang sangat berharap masuk ke SMA ini. Tapi mau bagaimana lagi? Aku sudah gagal. Hal itu tak akan berubah. Aku tak menyangka tes yang baru 4 hari yang lalu berakhir ternyata hasilnya sudah ada didepanku. Hasil yang sangat tak kuduga, Dan tak kuharapkan.

Rasanya belum pernah aku merasa sekecewa ini. Mereka, teman temanku, yang belajar setiap hari bersama sama, main bersama, tertawa bersama. Kenapa mereka bisa lulus? Kenapa aku tidak? Padahal usahaku sudah semaksimal ini! Aku sempat merasa tuhan tak adil. Ah, please, forget it. Ini bukan kesalahan Allah. Mungkin saja aku memang belum bisa bersaing dengan peserta lainnya, atau mungkin saja cara belajar ku salah. Sudahlah. Tak ada gunanya aku meratap seperti ini. Tak akan mengubah keputusan.

If this truth is the best for me, i will say "thanks" to God. I'll never regret with this result. I believe, a default is a delayed success. THIS IS NOT THE END OF ALL.

Ya. aku akan coba menerima kenyataan yang menyakitkan ini. jika memang ini yang terbaik, aku tak menyesal. SEMUANYA BELUM BERAKHIR, ALL.

Pelajaran berikutnya masuk. Bahasa Indonesia. Guruku masuk ke kelas. Kami disuruh mengerjakan soal. Otakku kacau. Soal soal itu kukerjakan dengan separuh kekuatanku. Saat mendengarkan soal, sayup sayup aku mendengar lagu D'Masiv-Jangan Menyerah. Air mataku kembali mengalir perlahan.

Syukuri apa yang ada...

Hidup adalah anugerah..

Tetap jalani hidup ini..

Melakukan yang terbaik..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar